Kegelisahan dan Gejalanya
Kesadaran manusia akan hakikatnya sebagai bagian dari kosmologi dan
perannya sebagai mahluk yang ‘mendiami dunia’ maka lahirlah beberapa
konsep yang dipakainya sebagai dasar manusia hidup.
Konsep-konsep tersebut adalah hidup sekedarnya, takdir, dan cakra
manggilingan. Apabila manusia tidak bisa menjaga hakikat dirinya dan
hakikat hidupnya maka yang timbul adalah kegelisahan. Sumber dari
kegelisahan adalah hawa nafsu dan sikap pamrih (tidak ikhlas). Kedua hal
ini akan menyebabkan munculnya sikap keserakahan dan konflik.
Keserakahan dan konflik akan memunculkan ketakutan, kekecewaan, dan pada
akhirnya adalah kegelisahan.
Selain kegelisahan, penderitaan juga disebabkan karena kekecewaan,
yaitu apa yang diharapkan ternyata tidak diperoleh. Jadi penderitaan
juga berhubungan dengan pamrih. Penderitaan juga berhubungan dengan
ketakutan. Orang yang selalu merasa takut akan hidup menderita.
Penderitaan yang menimpa hidup manusia banyak berhubungan dengan ‘daya
hidup’ yang menjelma menjadi hawa nafsu.
Terdapat berbagai daya hidup yaitu daya hidup raewani, nabati,
haewani, jasmani, rohani, rohmani, dan robbani. Daya hidup ini akan
berpengaruh terhadap tingkat kesempurnaan hidup manusia yaitu tingkat An
Nafs al Ammarah, al Lawwamah, al Mulhima, al Qana’ah, al Mut’mainnah,
al Radiyah, dan al Kamilah.
Untuk bisa menuju kesempurnaan hidup di mana hidup sudah tidak
mengenal lagi kegelisahan dan penderitaan maka orang harus melakukan
olah batin. Olah batin tersebut adalah dalam rangka menghilangkan nafsu
dan pamrih. Terdapat olah batin yang harus diikuti supaya kesempurnaan
jiwa dapat dicapai, yaitu mengembangkan sikap selalu instrospeksi,
sabar, nrimo, dan ikhlas.
Manusia selama ini seringkali tenggelam dalam kegelisahan. Berbagai
penyebab kegelisahan telah menyita waktu dan perhatian manusia, dan
sayangnya banyak yang tidak menyadari betapa mengganggunya kegelisahan
itu. Kegelisahan yang timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh kita
sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita melalui
ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan
dan melalui khayalan yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap
kejadian atau benda. Hanya jika kita dapat melihat suatu kejadian atau
benda dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di
dunia ini dan bahwa keakuan kita sendiri merupakan khayalan liar yang
membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak terlatih. Kegelisahan adalah
suatu rasa tidak tenteram, tidak tenang, tidak sabar, rasa
khawatir/cemas pada manusia. Kegelisahan merupakan gejala universal yang
ada pada manusia manapun. Namun kegelisahan hanya dapat diketahui dari
gejala tingakah laku atau gerak – gerik seseorang dalam situasi
tertentu. Jadi, kegelisahan merupakan sesuatu yang unik sebagai
manifestasi dari perasaan tidak tenteram, khawatir, ataupun
cemas.
Mengapa manusia gelisah?
Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan manusia untuk dapat
mengetahui hal-hal yang akan datang atau yang belum terjadi. Hal ini
terjadi misalnya karena adanya suatu harapan, atau adanya ancaman.
Manusia gelisah karena takut terhadap dosa-dosa dan pelanggaran (yang
telah dilakukan), takut terhadap hasil kerja (tidak memenuhi kepuasan
spiritual), takut akan kehilangan milik (harta dan jabatan), atau takut
menghadapi keadaan masa depan (yang tidak disukai). Sedangkan sumber
kegelisahan berasal dari dalam diri manusia (internal) misalnya rasa
lapar, haus, rasa sepi, dan dari luar diri manusia (eksternal) misalnya
kegelisahan karena diancam seseorang.
Kegelisahan menunjuk pada seseuatu negatif, tetapi di sisi lain tetap
mempunyai harapan. Sehingga antara kegelisahan dan harapan seolah-olah
merupakan saudara kembar. Muncul ketenangan apabila ada keseimbangan
antara kegelisahan dan harapan. Untuk keluar dari kegelisahan, manusia
harus mengetahui alasan dasar atau sebab dari kegelisahannya. Bila ia
menyelidiki masalah tersebut, akan jelas bahwa pada saat ia mulai
membangkitkan kekotoran dalam batin atau pikiran, ia pasti menjadi
gelisah. Pikiran yang tidak murni dan kotor tidak dapat hadir bersamaan
dengan kedamaian dan keharmonisan. Pergaulan bebas di kampus dapat
menyebabkan kegelisahan diri yang bisa teramat dalam. Rasa penyesalan
atas apa yang telah dilakukan dan takut tidak akan dihargai oleh orang
lain lagi akibat pergaulan bebas membuat kegelisahan diri. Oleh karena
itu, sebelum terjadi penyesalan dan kegelisahan, sebaiknya sebagai
mahasiswa yang tujuan utamanya adalah menuntut ilmu, sebaiknya kita
tidak usah mengikuti pegaulan bebas yang tidak tau arahnya kemana.
Menurut Sigmun Freud, ada 3 macam kegelisahan :
a. Kegelisahan objektif.
Kegelisahan ini identik dengan kenyataan. Ciri-ciri utamanya adalah
ia bersumber dari luar diri manusia. Hal ini muncul dari antisipasi
seseorang berdasarkan pada pengalaman perasaanya. Artinya, kegelisahan
ini muncul setelah adanya pemicu atau sebab dari luar kemudian direspon
oleh orang-orang banyak, karena ia bersifat objektif. Respon yang
diberikan oleh orang-orang banyak itu seragam karena mereka telah pernah
mengalaminya dan merasakan akibat dari sumber itu secara luas.
Contohnya : Kegelisahan masyarakat setelah ada pengumuman kenaikan BBM.
b. Kegelisahan neurotik.
Seperti namanya, kegelisahan ini berhubungan dengan sistem syaraf
kita. Syaraf-syaraf kita bekerja secara alami ketika tubuh merasa
terancam atau mengetahui akan ada suatu hal berbahaya yang akan terjadi.
Tubuh tidak diperintahkan untuk melakukannya. Singkatnya kegelisahan
ini ditimbulkan oleh suatu pengamatan tentang bahaya naluriah.
Contohnya: Kegelisahan para peserta Idonesian Idol ketika akan
mengetahui siapa yang harus pulang pada malam mereka tampil dan
kegelisahan murid-murid sekolah ketika menunggu hasil ujian akhir.
c. Kegelisahan moral.
Kegelisahan ini mucul dari dalam diri sendiri. Sebagian besar karena
rasa bersalah atau malu dalam ego yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan
bahaya dari hati nurani. Hal ini timbul karena pada dasarnya setiap
manusia mempunyai hari nurani dan sadar atau tidak mereka tahu mana hal
yang benar dan mana yang salah. Walaupun mereka melakukan kejahatan,
setiap orang pastilah tahu hal yang dilakukannya itu adalah salah.
Keadaan mungkin yang memaksa mereka melakukannya. Jadi, mereka tetap
mempunyai rasa bersalah dan mengalami kegelisahan moral itu. Contohnya:
Setelah terungkap permasalahan korupsi di tubuh KPU, banyak pihak yang
terkait merasa gelisah.
B. Faktor Penyebab Kegelisahan
Bukan merupakan sebuah kepastian bahwa akar penyebab kegelisahan
selalu bermula dari faktor keluarga atau metode pendidikan yang
diterapkan oleh kedua orang tua. Bahkan, terkadang ia muncul dari diri
penderita sendiri dan itu merupakan faktor sangat dominan dan
berpengaruh dalam semua aspek keberadaan manusia sampai akhir
hayatnya.
a. Dari Dalam
Mungkin, kita bisa menyebutkan beberapa hal berikut ini yang berhubungan dengan pembahasan tersebut:
1. Cinta Diri
Kecintaan seseorang terhadap dirinya merupakan hal yang wajar, namun
sebagian orang telah berlebihan dalam mempertahankan cinta tersebut,
sehingga terbebani dengan berbagai macam penderitaan dan rasa sakit.
Dalam pembahasan ini, yang dimaksud cinta diri adalah kecintaan
melampaui batas, perhatian berlebihan terhadap diri sendiri, dan sangat
sensitif terhadap segala hal yang berkaitan dengan itu, sehingga ia
tidak mendapati musibah yang lebih parah dari penyakit tersebut.
Ya perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya
keinginan buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan
dari semua manusia, mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau
melaksanakan perintahnya secara keseluruhan demi memperoleh
kerelaannya.
2. Lalai dalam Mengingat Allah
Dalam beberapa hadits dan riwayat Shahih disebutkan bahwa was-was dalam
keadaan tertentu akan muncul sebagai akibat kelalaian seseorang dalam
mengingat Allah, berpaling dari (mencari) hikmah-Nya, dan mengentengkan
perintah dan larangan-Nya. Terkadang was-was juga akan muncul dari setan
yang telah mengguncangkan jiwanya.
Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena
penyakit ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari
sudut pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi
yang melindungi manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit
kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan
dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was
bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya
mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampak
negatifnya.
3. Gejolak Hati
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati
yang sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak
mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan
problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya
kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan
segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan
cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu
memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang
bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran
yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan
yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.
4. Rasa Takut dan Malu
Mungkin, sifat malu merupakan salah satu diantara faktor penyebab
was-was, sebab seorang pemalu adalah orang yang takut berdiam diri dan
inilah yang mengharuskan kita membahas tentang sebab-sebabnya pada
anak-anak.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan
dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi
problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini
menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam
cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak
menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah yang
mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat
menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya
kedalam was-was.
5. Tidak Merasa Aman
Dalam keadaan tertentu, perasaan tidak aman merupakan faktor penyebab
terjadinya was-was. Dengan kata lain, sebagian orang akan menderita
was-was lantaran dirinya merasakan tidak adanya keamanan. Terkadang,
perasaan semacam ini merupakan akibat dari lemahnya kepribadian dan
tidak adanya kemampuan dalam mengendalikan diri.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara
tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak
aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was.
Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran
seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan
menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
6. Jiwa yang Lemah
Kelemahan jiwa dalam diri seseorang dapat mencapai suatu taraf dimana ia
sendiri kehilangan kekuatan untuk mengendalikannya, sehingga kita
mendapatinya dengan terpaksa menyerah dihadapan kejadian-kejadian yang
dialaminya. Ketika ia menampakkan keinginan agar seluruh pekerjaannya
sebanding dengan orang yang lebih utama darinya, maka perasaan ini akan
berubah kedalam bentuk perasaan lemah.
b. Kemasyarakatan
Terkadang, dalam beberapa keadaan, was-was diakibatkan oleh faktor
sosial dimana kita dapat melihat sebagian gejalanya ketika seseorang
melakukan suatu perbuatan yang sama dengan orang lain dan selalu
mengikutinya. Namun kasus ini berbeda dengan dimana anak-anak
mewarisinya dari ayah atau ibunya. Dengan kata lain, mengikuti perilaku
orang lain dan taklid terhadap kelakuan mereka yang salah serta berteman
dengan segala penderita penyakit tersebut akan menyebabkan terjadinya
kontradiksi yang dibencinya dan membantu proses transfer penyakit
tersebut dari satu orang kepada orang lain.
C. Solusi Kegelisahan
Cara yang mungkin juga baik untuk digunakan dalam mengatasi kegelisahan:
- Dengan memerlukan sedikit pemikiran yaitu, pertama kita menanyakan
pada diri kita sendiri (instropeksi),akibat yang paling buruk yang
bagaimanakah yang akan kita tanggung atau yang akan terjadi,mengapa hal
itu terjadi,apa penyebabnya dan sebagainya.
- Kita bersedia menerima sesuatu yang terjadi pada diri kita dengan
rasa tabah dan senang hati niscaya kecemasan tersebut akan sirna dari
jiwa kita. Bersamaan berjalannya waktu kita dapat mencoba untuk
memperkecil dan mengurangi keburukan-keburukan akibat timbulnya
kecemasan tersebut dalam jiwa kita.
- Berdoa kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh sabar,tabah,senang dan
ikhlas sehingga Ia mau mengabulkan permohonan kita dari perasaan
kecemasan ini,sebab Tuhan adalah yang paling Maha Pemurah,Maha
Pengampun,Maha Pengasih dan Maha Penyayang bagi umatnya yang mau berdoa
dan memohon kepadaNya.
opini :
Ada beberapa cara Alternatif mengatasi gelisah yaitu:
1. Tuliskan apa yang akan dikerjakan dan kerjakan apa yang sudah dituliskan.
Cara ini nantinya akan membiasakan kita untuk merencanakan sesuatu
dengan baik dan mengevaluasi sesuatu yang kita kerjakan sehingga
dikemudian hari dapat melakukan lebih baik lagi.
2. Lakukanlah dengan sepenuh hati
Kalimat ini terinspirasi dari
sini. Do the best u can guys!
3. Berorientasi proses membidik hasil
Nah, kalimat ini seperti ambigu. Maksudnya, proses yang kita lakukan
adalah kunci untuk membidik hasil. Bukan hasilnya itu sendiri yang
menjadi kunci. Kalimat saya adalah koreksi dari ucapan yang umum
didengar, “jangan mikirin hasil, lakukan prosesnya dengan baik”. Lah
kalo hasil ga dipikirin gimana semangat melakukan proses.
4. Berbagi cerita
Katanya dengan bercerita kita sudah mengurangi setengah beban dari
masalah. Kalo lagi gelisah, coba deh cerita ke temen kamu, cerita yang
bikin semangat, atau paling tidak humor lah.. contohnya “hayo Hewan apa
yang namanya terdiri dari 2 huruf?”
“U dan G”
5. Faktor X
Dibalik smua aktifitas yang dapat kita kerjakan, jangan lupakan faktor
yang Maha Mengatur segala urusan kita. Berserah diri setelah
memaksimalkan proses adalah cara terbaik agar kita tidak sedih
berlebihan jika hasil tidak sesuai harapan, atau gembira berlebihan jika
hasil sama/lebih dari yang diharapkan.
Yang terpenting adalah jangan pernah berhenti belajar mengenal diri
kita dan belajar bagaimana menjadi yang terbaiknya diri kita agar
bermanfaat bagi masyarakat
sumber : http://syuhada91.wordpress.com/2011/04/28/kegelisahaan-dan-penyebabnya/